Andong dari Yogyakarta
Andong dari Yogyakarta
Andong merupakan salah satu alat transportasi tradisional di
Yogyakarta dan sekitarnya. Keberadaan andong sebagai salah satu warisan
budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri yang kini masih
terus dilestarikan.
Walaupun sudah banyak kendaraan bermotor yang lebih cepat dan
murah, tetapi pengguna Andong di Yogyakarta ini masih cukup banyak.
Andong-andong ini dapat ditemui dengan mudah di sepanjang jalan
Malioboro, pasar Ngasem, serta di Kotagede.
Semua kuda penarik andong di Kota Yogyakarta akan dipasang celana.
Celana berfungsi sebagai kantong penadah kotoran ini wajib digunakan
untuk menampung kotoran agar tidak berceceran di jalan. Selama ini
kotoran kuda dirasa mengganggu warga kota karena mengotori lingkungan
dan menimbulkan bau tak sedap di jalan-jalan utama Kota Yogyakarta
termasuk juga di sekitar Malioboro.
“Tahun ini seluruh kuda penarik andong harus dilengkapi dengan kantong kotoran. Pemkot telah menyiapkan dana sebesar Rp. 30 juta untuk pembuatan kantong kotoran kuda. Dan nantinya akan dibagikan kepada pemilik andong,” ujar Walikota Yogyakarta Herry Zudianto.
Kantong kuda hasil desain baru ini hanya cocok digunakan oleh kuda betina, karena kotorannya bisa langsung masuk ke kantong yang terletak di bagian belakang kuda. Untuk itu diharapkan para pemilik andong menggunakan kuda betina sebagai penarik, terlebih harga kuda betina jauh lebih murah daripada kuda jantan. Saat ini di kota Jogja terdapat 322 andong. Keberadaan moda transportasi ramah lingkungan ini tetap dipertahankan untuk mendukung pariwisata. Yogyakarta merupakan satu-satunya kota besar di Indonesia yang mempertahankan becak dan andong. Kedepan becak dan andong tak lagi menjadi alat transportasi umum, melainkan lebih dikhususkan sebagai sarana transportasi pariwisata.