Recent Articles

0

SEJARAH PULAU NUSA KAMBANGAN

Nusa Kambangan adalah nama sebuah pulau di Jawa Tengah yang lebih dikenal sebagai tempat terletaknya beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) berkeamanan tinggi di Indonesia. Pulau ini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Cilacap dan tercatat dalam daftar pulau terluar Indonesia. Untuk mencapai pulau ini orang harus menyeberang dengan kapal feri dari pelabuhan khusus yang di kelola oleh Departemen Kehakiman R.I. yaitu dari Pelabuhan Sodong menyebrang ke Cilacap, Jawa Tengah selama kurang-lebih lima menit dan bersandar di Pelabuhan feri Wijayapura di Cilacap. Feri penyebrangan khusus ini juga di nakhodai dan di awaki oleh Petugas Pemasyarakatan (pegawai LP), bukan dari Departemen Perhubungan, khusus untuk kepentingan transportasi pemindahan narapidana dan juga melayani kebutuhan tranportasi pegawai LP itu sendiri beserta keluarganya.

Pulau Kambangan, yang berstatus sebagai cagar alam, selain sering digunakan untuk latihan militer, juga merupakan habitat bagi pohon-pohon langka, namun banyak yang telah ditebang secara liar. Saat ini yang tersisa kebanyakan adalah tumbuhan perdu, nipah, dan belukar. Kayu plahlar (Dipterocarpus litoralis) yang hanya dapat ditemukan di pulau ini banyak dicuri karena setelah dikeringkan, mempunyai kualitas yang setara dengan kayu meranti dari Kalimantan.

Secara tradisional, penerus dinasti Kesultanan Mataram sering melakukan ritual di pulau ini dan menjadikannya sebagai "hutan ritual". Di bagian barat pulau, di sebuah gua yang terletak di areal hutan bakau, ada semacam prasasti peninggalan zaman VOC. Di ujung timur, di atas bukit karang, berdiri mercu suar Cimiring dan benteng kecil peninggalan Portugis. Berbagai macam tumbuhan khas ritual budaya Jawa ditanam di sini. Nusa Kambangan tercatat sebagai pertahanan terakhir dari tumbuhan wijayakusuma yang sejati.

Dari sinilah nama pulau ini berasal: Nusa Kembangan, yang berarti "pulau bunga-bungaan".

Istilah "Penjara Nusakambangan" adalah sebuah kerancuan dalam pengertian khalayak ramai.
Karena  Tidak ada satupun nama penjara atau Lapas yang ada di Indonesia ini yang bernama demikian. Di Nusa Kambangan berdiri beberapa lembaga pemasyarakatan (Lapas atau LP) bertingkat keamanan tinggi di Indonesia.

Semula terdapat sembilan LP di Nusa Kambangan (untuk narapidana dan tahanan politik),
namun kini yang masih beroperasi hanya tinggal empat, yaitu LP Batu (dibangun 1925), LP Besi (dibangun 1929), LP Kembang Kuning (tahun 1950), dan LP Permisan (tertua, dibangun 1908).

Lima lainnya, yaitu Nirbaya, Karang Tengah, Limus Buntu, Karang Anyar, dan Gleger, telah ditutup. namun sekarang sudah dibangun untuk penjara khusus narkoba dan penjara terbuka serta penjara super maksimum security. 

Wilayah selatan pulau menghadap langsung ke Samudera Hindia dengan pantai berkarangnya dan ombak besar. Wilayah utara menghadap Cilacap dan dikelilingi kampung-kampung nelayan sepanjang hutan bakau, antara lain Kampung Laut dan Jojog.

Penghuni pulau hanya para narapidana dan pegawai LP beserta keluarganya, di bawah pengawasan Departemen Kehakiman dan Pemda Cilacap. Keluar-masuk pulau ini harus memiliki izin khusus dengan prosedur tertentu. Anak-anak para pegawai bersekolah di SD yang tersedia di dalam pulau. Untuk meneruskan ke tingkat lanjutan (SMP, SMU, atau perguruan tinggi), mereka harus bersekolah di Cilacap atau kota lainnya di Pulau Jawa.


Dan MEnurut Mitos / dongeng yang ada, Nusakambangan, jaman dahulunya adalah sebuah perahu, dan sewaktu - waktu entah kapan bisa tenggelam ke dalam laut. dan menurut cerita jaman dahulu (dari nenek moyang), Nusakambangan akan tenggelam jika sebuah "Pisang" dibeli dengan "Uang emas". hingga akhirnya nusakambangan menjadi sebuah pasar yang sangat rame. namun itu hanya sebuah dongeng, tapi jika melihat perputaran jaman, bukan hal yang tak mungkin semua itu terjadi, karna semua memang bisa dibeli di negara Indonesia.
0

Pulau terkecil di dunia ternyata ada di Indonesia


Kalimantan Barat merupakan daerah dengan berbagai atraksi menarik. Mulai dari Tugu Khatulistiwa dan Sungai Kapuas yang terkenal, pantai yang tak kalah indah, hingga berbagai panorama alam yang belum terjamah. Belum lagi kekhasan budaya dari masyarakat setempat.


Di antara berbagai objek wisata di Kalimantan Barat, ada satu yang sangat unik dan tentunya hanya di Kalimantan Barat saja. Pulau Simping. Pulau sebelumnya dikenal sebagai Coconut Island terletak di Teluk Mak Jantu Dua, tepatnya berada di kawasan Sinka Island Park, Singkawang.





Apa yang membuat pulau ini begitu unik adalah adanya yang terbukti menjadi 'PULAU TERKECIL DI DUNIA'. Catatan itu sendiri tercatat oleh PBB, sehingga keberadaannya sebagai pulau terkecil sudah diakui oleh masyarakat internasional. Nah, unik bukan?












Pulau ini merupakan tanah terdiri dari pasir dan bebatuan yang ditumbuhi beberapa pohon di atasnya. Ada juga semacam pagoda kecil di mana penduduk lokal Tiong Hoa doa biasa. Di pulau kecil juga tersedia mengobati menghadap ke pantai, laut, dan bukit-bukit yang mengelilingi trim. Tidak heran pulau ini hampir tidak pernah sepi pengunjung.





Lokasi objek wisata ini cukup mudah dijangkau. Dari kota Pontianak hingga ke Sinka Island Park sendiri memakan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan. Untuk dapat menyeberang ke pulau itu tidak sulit karena ada jembatan yang menghubungkan ke pantai, sehingga Anda dapat mencapainya dengan berjalan kaki saja. Tertarik untuk mengunjungi?
0

Asal Usul, Legenda, dan Sejarah DANAU TOBA

Seperti yang kita ketahui, Danau toba adalah danau vulkanik dimana di tengah-tengah danau ini terdapat sebuah pulau yang disebut Pulau Samosir. Danau Toba merupakan salah satu danau terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Indonesia, tepatnya di Provinsi Sumatera Utara. Dari dulu hingga sekarang, danau ini menjadi tempat wisata yang menarik baik dalam negeri maupun luar negeri. Sedangkan untuk mayoritas penduduk di sekitar daerah danau toba adalah orang batak dengan sumber mata pencaharian sebagai petani, pedagang dan nelayan. Untuk mengetahui lebih jauh dan jelas tentang awal mula / seluk beluk / sejarah danau toba, berikut awalmula.com kutik dari berbagai sumber mengenai sejarah danau toba dan cerita rakyat awalmula danau toba.



Sejarah Danau Toba
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.


Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.


Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.


Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.


Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu. Bukti-bukti yang ditemukan, memperkuat dugaan, bahwa kekuatan letusan dan gelombang lautnya sempat memusnahkan kehidupan di Atlantis. (Wikipedia Indonesia)


Cerita Rakyat Awal Mula Danau Toba
Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.



Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.


“Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.


Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.


Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

0

Sejarah Jembatan Merah di Surabaya

Ada satu kesamaan kenapa jembatan-jembatan di bawah ini dikatakan sebagai jembatan merah, ya jembatan merah ini ternyata tidak hanya ada di kota pahlawan saja tetapi juga berada di wilayah lain Indonesia, misalnya di Bogor, Balikpapan, dan Kerinci walaupun tidak merah warnanya tapi masyrakat sekitar menyebutnya sebagai jembatan merah.

Merahnya sebutan bagi jembatan-jembatan itu karena sejarahnya yang kelam. Pasalnya, di jembatan itu dulunya pernah terjadi peristiwa pertumpahan darah antara pejuang Indonesia melawan penjajah di zaman revolusi fisik. Nah, dari saking banyaknya darah para pejuang dan lawannya yang tumpah di jembatan itu, maka jembatan itu pun dinamakan Jembatan Merah.


Yang pertama seperti yang kita ketahui adalah Jembatan Merah di Surabaya. Jembatan yang melintasi sungai Kalimas ini sungguh melegenda dan sepertinya tak ada satu pun orang Surabaya yang tidak mengenal jembatan ini. Dibangun beratus-ratus tahun yang lalu, awalnya jembatan adalah jembatan kayu dan dibuat karena kesepakatan Pakubowono II dari Mataram dengan VOC tahun 11 November 1743. Dalam perjanjian disebutkan bahwa beberapa daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan ke VOC, termasuk Surabaya yang berada di bawah kolonialisme Belanda.






Sejak saat itu daerah Jembatan Merah menjadi kawasan komersial dan menjadi jalan vital yang menghubungkan Kalimas dan Gedung Residensi Surabaya. Dengan kata lain, Jembatan Merah merupakan fasilitator yang sangat penting pada era itu. Tak heran jika gedung keresidenan Surabaya saat itu dibangun tepat di ujung barat jembatan, agar pemerintah bisa langsung mengawasi kebersihan, keamanan dan ketertiban di sekitarnya.

Dalam perkembangannya, Jembatan Merah ini berubah secara fisik sekitar tahun 1890-an, ketika pagar pembatas diubah dari kayu menjadi besi. Saat ini, kondisi jembatan yang menghubungkan jalan Rajawali dan Kembang Jepun di sisi utara Surabaya ini hampir sama seperti jembatan lainnya, dengan warna merah tertentu.


Nah, kenapa dimakan jembatan merah? Ya karena dilokasi tersebut pernah terjadi pertumpahan darah antara pejuang dengan penjajah. Di tempat ini juga Brigadir A.W.S Mallaby, pemimpin angkatan bersenjata Inggris yang telah menguasai Gedung Internationale Crediet en Verening Rotterdam atau Internatio tewas terbunuh di tangan arek-arek Suroboyo. Jembatan Merah ini pun menjadi saksi bisu betapa gigih dan beraninya arek-arek Suroboyo dalam perang 10 November Surabaya melawan tentara Sekutu dan NICA-Belanda yang hendak menguasai kembali Surabaya.


Kedua ada Jembatan Merah di Balikpapan, masih di zaman perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1945-1947, Jembatan Merah ini juga menjadi saksi bisu pertempuran para pejuang Balikpapan.


Saat itu para pejuang Balikpapan menggunakan taktik gerilya untuk melawan Belanda yang mencoba menguasai kembali Balikpapan. Nah, di jembatan ini kerap kali pecah pertempuran antara pejuang dan tentara Belanda. Tak pelak, jatuh korban dari pihak pejuang yang gugur dalam pertempuran dengan tentara Belanda di jembatan ini.

Setiap usai pertempuran, jembatan ini selalu penuh dangan bercak darah dari tentara Belanda dan pejuang yang terluka. Karena itu oleh para pejuang jembatan ini dikenal dengan nama Jembatan Merah. Jembatan Merah tersebut kini masih ada. Dan setiap harinya dilewati kendaraan yang melintas dari dan ke kebon sayur.


Ketiga, Jembatan merah yang berada di Desa Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci ini. Akan tetapi walaupun jembatan itu dibilang sebagai jembatan merah, namun warna jembatan ini bukanlah merah melainkan kuning.


Penamaan jembatannya sendiri sebagai jembatan merah karena dulunya, seperti kedua jembatan merah di atas jembatan ini dahulunya juga merupakan tempat pertumpahan darah dari pahlawan Kerinci dengan para penjajah.


Di jembatan itu banyak terjadi pertempuran karena pada Agresi Militer II tahun 1949, Belanda masuk ke desa Pulau Tengah dan membuat camp sekitar 50 meter berjarak dari jembatan. Nah, dengan adanya camp tentara Belanda di dekat jembatan tersebut membuat para petinggi Belanda menjadikan jembatan itu sebagai tempat untuk mengeksekusi penduduk Indonesia yang pro dengan republik.


Tentara Belanda tidak memberikan sedikit keringanan bagi warga Kerinci saat itu, setiap warga yang mau membayar “Tebus Nyawo”, maka tidak akan dibunuh. Selain sebagai tempat menghabisi nyawa rakyat Indonesia, jembatan ini juga dimanfaatkan oleh warga dan tentara perlawanan untuk mengintai para penjajah pada malam hari. Tak sedikit tentara belanda yang berhasil dibunuh oleh warga di bawah jembatan itu.


Hampir setiap harinya terjadi pertumpahan darah di jembatan tersebut, sehingga setelah kemerdekaan pada tahun 1950-an, saat jembatan tersebut dibuat dengan besi, jembatan ini pun dinamakan jembatan merah.
0

Sejarah Tari Jaipong dari Jawa Barat

Indonesia Memang Akan Kaya Khasanah Budaya Bangsa yang dilahirkan dari Nenek Moyang Kita salah satunnya adalah Jenis Kesenian atau tarian di Jawa Barat Yakni Tari Jaipong.

Pengertian Tari Jaipong

Jaipongan adalah sebuah aliran seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman Berasal dari Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu.
Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.


Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.


Menyebut Jaipongan sebenarnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul.


Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.


Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu / Doger / Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu / Doger / Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini.


Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
0

Sejarah Kota Kediri

Kediri pada dasarnya sangat dekat dengan sejarah raja-raja Jawa Khususnya kerajaan Kediri, seperti Joyoboyo, Dhaha (Raja Panjalu), Empu Sendok, R. Wijaya, Airlangga, dan Gajah Mada. Masyarakat Kediri mendasarkan hidupnya pada bercocok tanam dan membangun industri berbasis agraris. Filosofi-filosofi Jawa dan perdamaian adalah fokus dalam kehidupan masyarakat.


Nama Kediri berasal dari batu tulis “Harinjing ” yang ditemukan di desa Siman, Kabupaten Kepung. Diawali dengan tokoh yang bernama Bagawanta Bari berhasil menyelesaikan bendungan sungan Sarinjing untuk menyuburkan tanah pertanian. Karena jasanya, dia menerima “Tanah Pradikan” di desa Culanggi (Besowo, Kabupaten Kepung) pada 25 Maret SM. Hadiah tersebut diberikan oleh raja Rake Layang Dyah Tulodong yang menguasai Kerajaan Mataram. Karena kejadian tersebut, hari jadi Kediri ditetapkan tanggan 25 Maret setiap tahunnya.




Secara Geografis Kabupaten Kediri terletak di belahan Selatan Propinsi Jawa Timur. Secara Ekologis, Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh dua Gunung yang berlawanan sifatnya, yaitu Gunung Kelud di Sebelah Timur yang bersifat Vulkanik dan Gunung Wilis di Sebelah Barat yang bersifat non vulkanik. di bagian tengah wilayah Kabupaten Kediri melintang aliran Sungai Brantas, yang membelah wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian dengan hamparan dataran rendah berupa daerah persawahan subur di sebelah timur sungai berantas.


Ibukotanya adalah Kediri. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Jombang di utara, Kabupaten Malang di timur, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung di selatan, Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ponorogo di barat, serta Kabupaten Nganjuk di barat dan utara.


Kabupaten Kediri terdiri atas 23 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Ibukota kabupaten ini adalah Kediri, namun kini pusat pemerintahan mulai dipindahkan secara bertahap ke kecamatan Pare.


Potensi Wisata

Petilasan Sri Aji Joyoboyo. Petilasan ini terletak di Desa Menang Kec. Pagu, sekitar 8 km ke arah Timur dari kota Kediri. Merupakan ternpat dimana Sri Aji Joyoboyo Loka Mukso (hilang bersama jasadnya). Sri Aji Joyoboyo adalah Raja Kediri pada abad XII dan terkenal dengan kitab ” JONGKO JOYOBOYO ” yang berisi tentang ramalan-ramalan kejadian di masa yang akan datang. Setiap 1 Suro di adat yang diadakan oleh Yayasan Hontodento – Yogyakarta bersama dengan Pemerintah Kabupaten Kediri. Pada Obyek Wisata ini para pengunjung bisa menyaksikan bangunan peninggalan Kerajaan Kediri, seperti tempat mukso, bangunan balai – balai dan kuluk setinggi + 4 meter.


Arca Totok Kerot merupakan arca berbentuk raksasa wanita berkalung tengkorak dengan tinggi arca + 300 cm, terletak di Dusun Kunir Desa Bulupasar Kecamatan Pagu + 8 Km ke arah timur dari kota Kediri. Legenda Totok Kerot dimulai dari seorang putri cantik dari Blitar yang melamar Sri Aji Joyoboyo. Karena lamaran ditolak, maka terjadilah pertempuran antara pasukan Lodoyo melawan pasukan Menang. Akhirnya, putri tersebut dikutuk oleh Sri Aji Joyoboyo sehingga berubah wujud patung raksasa wanita berbentuk dwarapala yang dikenal dengan nama TOTOK KEROT.


Candi Surowono. Merupakan tempat penyucian Raja Wengker yaitu salah seorang Raja Bawahan pada masa Pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Berbentuk Bujursangkar dengan ukuran 8 x 8 meter dan didirikan pada 1400 Masehi. Daya Tarik obyek wisata Candi Surowono adalah bangunan candi hasil karya sejarah peninggalan masa lalu dan bangunan terowongan bawah tanah vang dialiri air jernih dengan jalan yang bercabang – cabang cukup banyak yang terletak + 100 meter dari bangunan candi. Candi Surowono, terletak di Desa Canggu Kecamatan Pare, sekitar 25 Km arah Timur Laut dari Kota Kediri.


Gunung Kelud: Adalah Wisata Alam yang terletak di Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar dengan obyek kawah Gunung Berapi yang masih aktif, hamparan muntahan lava dari Gunung Kelud, tebing terjal sebelah Selatan, terowongan Ampera sepanjang ? 100 Meter dan pemandangan alam yang mempesona, bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat, dari Kota Kediri menuju Kecamatan Ngancar ? 27 Km dari Kecamatan Ngancar menuju Desa Sugihwaras ? 5 Km dari Desa Sugihwaras menuju Obyek Wisata Kawah Gunung Kelud ? 5 Km


Air Terjun Dolo. Berada di ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. jatuh air dari ketinggian + 125 m terletak di Dusun Besuki Desa Jugo, Kecamatan Mojo + 25 Km ke arah Barat Kota Kediri dengan kondisi jalan 85 hotmix.


Air Terjun Ngleyangan. Air terjun Ngleyangan disebut juga air terjun sekartaji + 20 Km ke arah Barat Laut Kota Kediri tepatnya di Dusun Goliman Desa Parang Kecamatan Banyakan. Jatuhnya air dari ketinggian + 123 Meter merupakan daya tarik obyek wisata ini disamping udara sejuk karena berada diketinggian 800 meter dari permukaan laut sekaligus merupakan wahana wisata yang mengasyikkan karena rimbunnya pepohonan hutan disekitarnya.


Taman Wisata Sumber Ubalan. Daya tarik wisata Sumber Ubalan berupa hutan lindung alami dengan berbagai jenis pohon hutan yang luasnya kurang lebih 10 Ha. disamping itu juga sumber air di tengah hutan yang berhawa sejuk. Kawasan Sumber Ubalan juga menyediakan kolam renang, kolam pancing, panggung terbuka, kolam perahu, restoran, mainan anak-anak, taman yang ditata indah dan asri. Sumber Ubalan terletak kurang lebih 18 Km ke arah timur Kota Kediri tepatnya di Dusun Kalasan Desa Jarak Kecamatan Plosoklaten, dapat ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan.


Gereja Tua Puh Sarang. Adalah Gereja Tua Umat Katholik yang dibangun dengan swadaya umatnya bersama Ir. Hendricus Maclaine Port dengan prakarsa Yolianes Humbertus Walters CM pada tahun 1931. Hal yang unik dari bangunan Gereja Puh Sarang adalah reng dan usuk atap gereja terbuat dari bentangan kawat baja, sedang konstruksi dindingnya terbuat dari campuran pasir dan tetes tanpa semen. Gereja Puh Sarang terletak di Desa Puh Sarang Kecamatan Semen. Untuk mencapai Gereja Puh Sarang dapat menggunakan segala jenis kendaraan + 9 Km ke arah Barat Kota Kediri..


Air Terjun Irenggolo Merupakan wisata alam yang masih asli, terletak di desa Jugo Dusun Besuki Kecamatan Mojo + 20 Km. ke arah Barat Daya Kota Kediri. Air Terjun dengan ketinggian 80 Meter dengan pemandangan alam yang indah


Kabupaten Kediri mempunyai sejumlah tempat wisata menarik lainnya Simpang Lima Gumul (SLG), juga dibangun monumen berkelas dunia. Monumen Gumul ini bentuk dan ukurannya sama dengan monumen L’Arc de Triomphe yang ada di Perancis.


Terdapat sejumlah pondok pesantren besar di Kabupaten Kediri, diantaranya yang terkenal Ponpes Lirboyo dan Ponpes LDII Mburengan Banjaran.

Klub sepakbola Persik Kediri berasal dari Kotamadya Kediri, pernah menjuarai kompetisi sepakbola Liga Indonesia Tahun 2003.Kabupaten Kediri memiliki klub sepakbola Persedikab yang berada di Divisi 1


Kota Kediri

Kota ini awalnya berupa sebuah Kerajaan Kediri. Tapi pada akhirnya dipilah menjadi dua kerajaan, yaitu kerajaan Jenggala dan Panjalu. Raja kerajaan Kediri yang terkenal adalah Jayabaya. Raja ini terkenal dengan karyanya yang berupa “Jangka Jayabaya” yang berisi sebuah ramalan-ramalan yang akan terjadi pada negeri ini kelak.Setelah kejayaan tersebut, kerajaan Kediri perlahan-lahan tenggelam dan menurut sejarah Raja terakhir Kerajaan Kediri Kertajaya, beliau meninggal dalam petempuran di desa Tumapel dalam perlawanan melawan Ken Arok pada 1222, Ken Arok ialah Raja Singosari yang pertama yang wilayahnya menggantikan Kerajaan Kediri. Kediri pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 pernah dilewati oleh Panglima Besar Jendral Sudirman, Kediri pun mencatat sejarah yang kelam juga ketika era pemberontakan G-30 S, di mana banyak penduduk Kediri yang ikut menjadi korbannya.





Geografi

Kota ini berjarak ±128 km dari Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%.


Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kec. Kota dan kec. Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kec. Mojoroto yang mana di bagian barat sungai ini merupakan lahan kurang subur yang sebagian masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m).


Secara administratif, Kota Kediri berada di tengah wilayah Kabupaten Kediri dengan batas wilayah sebagai berikut :


Sebelah utara : Kec. Gampengrejo dan Kec. Grogol

Sebelah Selatan : Kec. Kandat, Kec. Ngadiluwih, dan kec. Ringin Rejo

Sebelah Timur : Kec. Wates dan Kec. Gurah

Sebelah Barat : kec. Grogol dan Kec. Semen


Di sini terdapat industri rokok domestik. Perusahaan rokok Gudang Garam relatif membantu pemkot mengurangi tingkat pengangguran di kota Kediri. Kota Kediri juga mengembangkan industri skala rumah tangga.


Pembagian wilayah administratif

Kota Kediri terdiri atas 3 kecamatan, yaitu:



Kota Kediri, Kediri
Pesantren
Mojoroto





Perekonomian

Kota ini berkembang seiring meningkatnya kualitas dalam berbagai aspek. Mulai pendidikan, pariwisata, komplek ruko dan pertokoan, birokrasi pemerintah, hingga olahraga. Di bidang paiwisata, kota ini menyediakan Pagora, Petilasan Aji Jayabaya, Goa Selomangleng. Hal itu ditunjang dengan fasilitas-fasilitas penginapan, pasar swalayan, transportasi dan biro wisata. Di bidang pendidikan, kota ini memiliki puluhan sekolah tingkat dasar dan menengah, beberapa perguruan tinggi lokal, Madrasah, hingga pondok-pondok pesantren, seperti Lirboyo, LDII, dan Queen Al-Falah.


Di bawah kepemimpinan Walikota H.A. Maschud, Kota Kediri mengalami berbagai perubahan, misalnya pembangunan mal terbesar, hotel bintang 3 pertama dan kawasan wisata Selomangkleng bertaraf nasional. Maschud juga merencanakan pembangunan jembatan baru, meresmikan pasar grosir pertama di Kota Kediri, merencanakan jalur lingkar luar Kota Kediri, dan membangun ruko.


Perekonomian di Kota ini juga banyak dipengaruhi oleh aktivitas pondok pesantren besar di pusat kota seperti LDII di mana setiap awal bulan selalu mengadakan acara pengajian akbar yang mengundang ribuan anggotanya.


Lainnya

Di sini tersedia makanan dan oleh-oleh khas, seperti stik tahu, tahu taqwa, gethuk pisang, dan nasi tumpang. Selain itu Kota Kediri mencatat prestasi nasional dengan sukses menyelenggarakan Muktamar NU tahun 1999 dan memboyong piala LIga Indonesia IX (Sepak bola)tahun 2003 melalui klub PERSIK serta mendapat predikat Kota Investasi 2003 versi Jawa Pos dan predikat Kota Sehat Nasional 2005 oleh Menteri Kesehatan.Pada tahun 2006 Kota Kediri kembali menjadi Juara Liga Indonesia XII untuk ke dua kalinya.
0
Sejarah kota Jombang
Penemuan fosil Homo mojokertensis di lembah Sungai Brantas menunjukkan bahwa seputaran wilayah yang kini adalah Kabupaten Jombang diduga telah dihuni sejak ratusan ribu tahun yang lalu.


Tahun 929, Raja Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, diduga karena letusan Gunung Merapi atau serangan Sriwijaya. Beberapa literatur menyebutkan pusat kerajaan yang baru ini terletak di Watugaluh, tepi Kali Brantas yang kini adalah Kecamatan Megaluh (Kabupaten Jombang). Suksesor Mpu Sindok adalah Sri Isyana Tunggawijaya (947-985) dan Dharmawangsa (985-1006).


Tahun 1006, Sriwijaya menghancurkan ibukota kerajaan Mataram dan menewaskan Raja Dharmawangsa. Airlangga, putera mahkota yang ketika itu masih muda, berhasil meloloskan diri dari serbuan Sriwijaya, dan ia menghimpun kekuatan untuk mendirikan kembali kerajaan yang telah runtuh. Bukti petilasan sejarah Airlangga sewaktu menghimpun kekuatan kini dapat dijumpai di Sendang Made, Kecamatan Kudu (Kabupaten Jombang). Tahun 1019, Airlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan, yang kelak wilayahnya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali ; serta mengadakan perdamaian dengan Sriwijaya.


Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah yang kini Kabupaten Jombang merupakan gerbang Majapahit. Gapura barat adalah Desa Tunggorono (Kecamatan Jombang), sedang gapura selatan adalah Desa Ngrimbi (Kecamatan Bareng). Hingga ini banyak dijumpai nama-nama desa/kecamatan yang diawali dengan prefiks mojo-, di antaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah, Mojongapit, dan sebagainya. Salah satu peninggalan Majapahit di Jombang adalah Candi Arimbi di Kecamatan Bareng.


Menyusul runtuhnya Majapahit, agama Islam mulai berkembang di kawasan, yang penyebarannya dari pesisir pantai utara Jawa Timur. Jombang kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Seiring dengan melemahnya pengaruh Mataram, Kolonialisasi Belanda menjadikan Jombang sebagai bagian dari wilayah VOC pada akhir abad ke-17, yang kemudian sebagai bagian dari Hindia Belanda. Etnis Cina juga berkembang; Kelenteng Hong San Kiong di Gudo, yang konon didirikan pada tahun 1700 masih berfungsi hingga kini. Hingga kini pun masih ditemukan sejumlah kawasan yang mayoritasnya adalah etnis Tionghoa dan Arab.


Tahun 1811, didirikan Kabupaten Mojokerto, di mana meliputi pula wilayah yang kini adalah Kabupaten Jombang. Jombang merupakan salah satu residen di dalam Kabupaten Mojokerto. Bahkan Trowulan (di mana merupakan pusat Kerajaan Majapahit), adalah masuk dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling) Jombang.


Alfred Russel Wallace (1823-1913), naturalis asal Inggris yang memformulasikan Teori Evolusi dan terkenal akan Garis Wallace, pernah mengunjungi dan bermalam di Jombang ketika mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia.

Tahun 1910, Jombang memperoleh status Kabupaten, yang memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto, dengan Raden Adipati Arya Soeroadiningrat sebagai Bupati Jombang pertama. Masa pergerakan nasional, wilayah Kabupaten Jombang memiliki peran penting dalam menentang kolonialisme. Beberapa putera Jombang merupakan tokoh perintis kemerdekaan Indonesia, seperti KH Hasyim Asy’ari (salah satu pendiri NU dan pernah menjabat ketua Masyumi) dan KH Wachid Hasyim (salah satu anggota BPUPKI termuda, serta Menteri Agama RI pertama).


Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur.


dikutip dari wikipedia.org